Malaikat Kecil
Bukankah sama. . . Dari mata bening yang masih samar Tidak sedikitpun raga tergambar disana Hanya sekedar cahaya bening yang silau Lalu. . . Dia bertanya dalam tujuh belas tahun “Ayahku mana? Bagaimana rupannya?” “Apakah dia seorang malaikat?” “Apakah dia alunan lagu sebelum tidur?” Mungkin sakitnya terlalu lebih Sampai nyawanya harus mengalah dan menjauh terbang Mungkin umurnya tak lagi muda sehingga ajal bebas mengikutinya Atau tuhan telah muak dengan tingkah lakunya Terbitlah. . . . Terbitlah wahai bahagia, entah sebentar ataupun lama Terbitlah untuk malaikatku Untuk kekasih abadi yang telah meregang nyawa Sentuh dia. . . Sentuh dia dalam keabadian Perlihatkan, bagaimana malaikat kecilnya ini tumbuh Aku dewasa, telah dewasa Yang sedikit mandiri Malaikatku. . . . ???? Perkernalkan, aku adalah malaikat kecilmu tujuh belas tahun lalu.