Asri "kalian"

      Hai kalian apa kabar dalam kegersangan emosi ini, apakah sesulit ini menjadi seorang yang dewasa?. Apakah aku harus meminjam jasa untuk menjalani kehidupanku dimasa sekarang?. “Kita”, menjadi sosok yang sangat asing ditelinga dan mataku. Kita, seakan menjauh diam-diam lalu tenggelam diantara ombak ganas memilukan. Atau hanya sekedar alasan dari mulutku saja, kalian tetap disana sedangkan aku tidak? Kalian dekat sedang aku menjauh?. Memikirkan kalian, aku teringat bagaimana kita bertemu, saling mengenal, lalu menyapa.
     Aku mendapatkan saudara baru, dan kalian juga mendapatkan aku sebagai saudara baru. Bersama-sama memasang telinga ditengah malam, melahap serangga malam yang terkadang menganggu. Api berkicau menari-nari diatas kepala kita, bulan menjadi lampu, dan bintang adalah lilin kecil diatas sana.
    Kalian kenal Asri bukan?, ya. . .dia teman hayalanku. Ketika kita terlentang diantara mega yang mulai takud berdiri tegak, angin yang pelan-pelan menjelma menjadi kipas raksasa diantara hayalan lelap kita. Dan sebagian teman hayalan kalian yang kalian kenal ketika itu juga. Asri tidak lagi datang kepadaku, dia tidak lagi berbicara denganku. Asri dimana?, dimana dia?. Dia meninggalkanku, melupakanku, tidak lagi peduli denganku.

     Kawan, kalian tahu siapa Asri? Kalian pasti tahu!. Dia adalah bagian dari tumbuhan yang gugur lalu aku pungut dalam diam. Namun, ada makna lain dari kenyataan itu, dia adalah hayalan yang sengaja aku ciptakan, yang aku abadikan sampai sekarang, yang aku ciptakan untuk kalian, sahabat-sahabat baruku, keluarga baru. Dia adalah perasaan yang akan selalu muncul dalam sunyi tanpa kalian. Dia adalah perasaan yang menasehatiku, dia adalah nyawa tanpa rupa. Dan dia adalah kalian, keluargaku.
    Lalu mengapa sekarang Asri terlalu jauh untuk ku gapai lagi, dimana keramahannya yang lalu, dimana senyum damainya. Asri, kalian, kembalilah!, meski seutas tali itu telah rapuh dimakan usia.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer