Yang Binasa. . . !!!

       “seorang pemimpin telah binasa bersama sepucuk surat tentang janji dan bujukan kepada si miskin, tidak ada hak, apalagi sebuah kesejahteraan, karena hasilnya hanyalah nihil.”
   
     Memandangi sosok yang kini terus menghiasi jendela televisi, berhari-hari makin eksis dengan ketiak terangkat. Untuk kenyataan dimasa sekarang sudah tidak waow lagi. Karena masyarakat telah terbiasa dengan tontonan semacam itu. Petinggi-petinggi negeri yang meluncur lewat sebuah kata yakni “jabatan” seakan begitu fanatik jika ditanya tentang kesukaannya itu. Kesukaan berpolitik menjadi alasan setiap masing-masing individu. Karena kesukaannya, semua hal, seperti kecurangan, pembobolan rekening, sampai salin nama terus terproklamasi ditelingga masyarakat.
     Sampai-sampai masyarakat yang seharusnya tidak hafal dengan nama para pejabat ataupun menteri menjadi sangat hafal dengan nama-nama tersebut. Sangat lucu ketika masyarakat harus terus-terusan mengenal para pemimpinnya melalui kasus-kasus yang menyangkut para pemimpin tersebut. Dampak yang sama sekali tidak pantas disebut sebagai keuntungan. Akhir-akhir ini, manusia tengah haus oleh kekuasaan ataupun jabatan yang mengiurkan. Entah apa yang membuat mengiurkan itu, hingga mereka begitu fanatik dan jungkir balik untuk mendapatkan kursi jabatan.

     Namun jika dilihat dari tontonan yang tersaji dalam berbagai media baik itu yang tayang, maupun yang tertulis dari setiap halaman koran. Sangat mudah sekali ditebak bahwa magnet yang menarik kalangan politisi yakni melimpah ruahnya materi, fasilitas, dan sekaligus pangkat yang menjadi kepuasan tersendiri jika didapatkan. Tujuan tersebut yang akhirnya menindih kepentingan masyarakat dan terus saja dilupakan oleh para pemimpin yang telah sukses diranahnya. Kesadaran yang harus dibangun yakni, peran masyarakat dalam sumbangsih yang telah ikut serta menaruh para pemimpin diatas kursi empuk dan berbagai fasilitas. Dan terutama masyarakat kecil yang jarang terjamah oleh kenikmatan dunia.
     Mereka yang seharusnya mendapatkan hak dibantu dan diberdayakan malah mendapat suapan kabar bahwa uang yang seharusya mengalir kekerongkongan mereka terlebih dahulu tertelan habis oleh para pemimpin. Kenyataannya, para pemimpin dengan pangkat yang tinggi semakin leluasa menjadi predator hak rakyat kecil. Dan itu semua terlalu kecil untuk diketahui masyarakat awam. Yang hanya mengerti bahwa “itulah pemimpinku dan dialah juga pembabat habis hakku”. Dengan semakin melimpah ruahnya partai politik, maka akan semakin melimpah pula kesempatan para pemimpin yang eksis nonggol dilayar televisi dengan ketiak terangkat.
    Maka, masyarakat yang telah mengantungkan harapan untuk mendapatkan haknya dan berharap lebih dari kepemimpinan para petinggi-petinggi tersebut hanya menerima uluran tangan kosong. Lalu janji-janji yang dibuat para petinggi-petinggi tersebut tenggelam begitu saja. Yang katanya akan mensejahterakan masyarakat, mengayomi masyarakat, dan memajukan kehidupan masyarakat. Semua telah tenggelam dibalik jeruji besi bersama tuan-tuannya. Pemimpin hanya sebuah nama yang tinggal kenangan. Tidak ada pemimpin yang sesungguhnya sekarang ini, pemimpin hanya sebuah kata, atau tempat persembunyian para manusia yang haus kekuasaan, ketenaran, kenikmatan dan apalah yang membuat mereka tertarik dengan dunia politik.
    Meskipun sesungguhnya, dunia politik telah membawa mereka pada kenikmatan yang berlaku curang. Hingga untuk memisahkan kepentingannya pribadi dan kepentingan masyarakat dibawahnya tidak mampu dikelolah dengan baik. Dan untuk seterusnya, lihat saja, pemimpin mana lagi yang akan menghiasi jendela televisi dengan ketiak terangkat. Karena masalah tersebut tidak akan ada habisnya, lewat janji dan bujukan-bujakan manis, para pemimpin yang ideal telah mati bersamanya.

Komentar

  1. gerangan pemimpin seperti apa yang kamu dampakan.
    apakah se[erti aku?

    hahahahhaha

    BalasHapus
  2. saya jawab dengan tegas, tidak.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer