"Pilek"

    Sehari setelah saya menggunakan hak pilih untuk pertama kalinya, sakit menderaku. Kepala pusing, demam, dan pilek begitu saja bersarang tanpa izin. Saya rasa, sakit ini memang karena sebab, ya. . . apa gara-gara memikirkan siapa yang akan saya pilih nanti ketika sudah sampai dikotak suara, atau hanya sekedar masa transisi cuaca madura dengan keadaan didesaku yang lebih panas ini. Mungkin dua-duanya, sama-sama berpengaruh terhadap kondisi fisikku ini. Sedikit banyak dua hal itu telah menyumbang energi negatif yang sangat menyebalkan. 
     Yang pertama masalah pemilu, sebagai pemula dalam pemilu ini, jelas saja saya pasti harus memikirkan benar-benar pilihan saya. Untuk masa depan semua pihak dan kesejahteraan masyarakat. Semua patut dipertimbangkan karena menyangkut masa depan negara dan masyarakatnya. Seorang pemimpin yang bisa mengatasi semua masalah yang dihadapi negara patut dipilih dan menjadi pemimpin dimasa mendatang. Masalah yang ada dinegara ini sangatlah bermacam-macam. Mulai dari masalah korupsi yang kian berkembang sampai kemiskinan yang melanda masyarakat dipelosok-pelosok.  
    Masalah-masalah semacam itu perlu diatasi secara bertahap, karena dengan begitu solusi yang diambil akan mudah di kontrol dan diketahui perkembangannya. Sebut saja kemiskinan, yang sampai saat ini kian memburuk. Didesa saya, yang daerahnya lumayan jauh dari sentuhan lampu kota, semakin tahun masyarakatnya semakin sejahtera karena jarang yang kekurangan pangan, rumah-rumah yang dulunya beranyamkan bambu kini beralih menjadi susunan bata yang kemudian diplester menjadi rata dengan warna cat yang begitu berwarna-warni. Jalan-jalan yang dulunya gelap gulita kini bak bintang menghiasi langit dikala malam, semua terang. Ditambah gaya berpakaian masyaraka yang semakin stylis.
    Namun, hal seperti itu belum tentu terjadi pada masyarakat yang ada dibawah kolong jembatan. Mereka tidak mungkin menikmati nasi yang mengenyangkan, rumah tembok dengan cat berwarna-warni, dan lampu jalan yang terang benderang. Mereka hanya bisa menikmati arus air yang pasang surut dibawah mereka, gemuruh suara kendaraan bermotor yang membawa polusi, begitu pula lampu jalan yang samar-samar terbias dari atas jembatan.
    Sakitku sedikit terlupakan dan mulai menerawang jauh. Adakah pemimpin yang bersedia menyumbangkan tenaga dan fikirannya untuk mengentaskan masalah-maslah semacam itu. Kalupun mereka tidak bisa, apa indonesia harus menunggu saya?, semua bisa saja terjadi jika tuhan menghendaki. Saya pikir-pikir lagi penyebab nomor satu yang membuat saya sakit begini, saya pikir bukan karena masalah saya harus memilih yang mana melainkan apa saya bisa jadi presiden?. Dan itu mungkin sangat konyol, namun tetap saja menguras pikiranku. 
  Dan penyebab yang kedua, yakni masa transisi cuaca madura dan gresik yang tidak begitu jauh perbedaannya. Madura memang terkenal dengan cuacannya yang panas, sampai-sampai ketika saya melakukan praktikum lapang Agroklimatologi, yang mana dalam praktikum itu saya kebagian masalah curah hujan. Saya dengan kelompok saya bertugas mengukur jumlah curah hujan yang terjadi pada kurun waktu satu minggu sebelum praktikum dilakukan kembali. Cara pengukurannya dengan alat yang dinamakan . . . . . . . . . yang memiliki bentuk seperti tabung. Jika hujan terjadi maka air hujan tersebut dapat ditampung oleh alat tersebut, kemudian kami tinggal mengukurnya dengan beaker glass dan mengamati berapa jumlah air yang tertampung dialat tersebut pada beaker glass. 
   Namun karena madura khususnya bangkalan, dan lebih khususnya lagi daerah kampus kami adalah daerah yang jarang sekali terjadi hujan. Selama seminggu kami tidak mendapatkan data untuk curah hujan. Artinya daerah bangkalan ini memang memiliki curah hujan yang rendah. Dan bisa dipastikan kampus ini sangatlah panas apalagi disiang harinya. Dibandingkan dengan gresik memang hampir sama, yang membedakan hanya, ketika di madura saya lebis sering menghabiskan waktu didalam ruangan, sedangkan dirumah penuh dengan aktivitas diluar ruangan. Jadi panas yang lumayan ini menyerang kekebalan tubuhku dengan mudahnya. Dan akhirnya, gejala-gejala sakitpun timbul, mungkin dua atau tiga hari saya akan diam dirumah menikmati suasana sepi dengan kepala pusing dan hidung yang seenak-enaknya pilek tanpa minta izin padaku.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer