"ASRI"

     Akhirnya si Asri muncul lagi dalam gelumbung hidupku, lebih tepatnya dalam bayangan yang sangat sulit untuk diungkapkan. Yang jelas aku merasakan kedatangannya kembali, dia tersenyum lebar padaku, mungkin membawa kabar bahagia, atau sengaja bertamu untuk sekedar menemani aku saat ini. Dua hari yang lalu, tepat dihari itulah dia menyapaku ditengah jalan, ketika aku sedang menunggu angkot dipinggir jalan.
     Dia mencolekku dari belakang, aku sempat tersentak kaget dan dia mulai ramai dengan moncongnya itu. Tidak menyangka, Asri bisa muncul kembali setelah dia terkurung dalam botol yang telah aku tutup rapat-rapat sore itu. Iya . . . aku dan temana-temanku sedang mendapatkan materi yang aku sebut dengan materi mengali inspirasi. Lumayan menarik, pertama-tama kami harus membenarkan cara duduk kami agar benar menurut si pemateri. Tanpa piker panjang kami menurutinya dengan wajah polos lalu terduduk dalam posisi yang benar.
     Namun aku merasa sedikit terganggu, bukan karena perintah si pemateri atau teman-teman yang ada disampingku melainkan tubuhku, tubuhku yang rasanya terlalu berat untuk aku tumpu diatas pantat dan kakiku yang saling berkordinir ini. Punggungku mulai menekur dan akhirnya melengkung bak dahan yang begitu berat oleh buahnya. Aku sungguh tidak menyangka tubuhku seberat itu.
     Lima menit kemudian, kami sudah tenang dengan imajinasi masing-masing. Dengan masing-masing tangan kami telah mengenggam satu benda atas kehendak sendiri. Mulailah aku melayang-layang entah kemana.
     “Hai aku Asri, boleh aku meminjam telapak tanganmu untuk berselonjor sebentar”, loh . .kau kan hanya sebuah hiasan pohon yang telah jatuh, kau pun tak punya tangan ataupun kaki untuk kau sandari. “aku hasil dari imajinasi mu bukan?”, jyah. . .fikiranku sudah mulai ruwet mungkin, bisa-bisanya aku membayangkan seonggok benda yang tidak ku kenal namanya, lalu dia mengaku punya kaki dan tangan persis seperti ku. Ah . . siapa yang gila?.

     “lihatlah, bukankah langit diatas sana telah dipantuli mega, indah bukan?” ya . . aku mulai tertarik. Aku terus mendengarkannya dan sama sekali tidak melepaskan pandangan dari matanya. Dan . .ah . .aku sudah mulai mengakui kalau dia punya mata segala. Gila. “kenapa kau, bukankah aku imajinasimu yang sangat mahal, mana mungkin kau bisa mendapatkan aku diluar tempat ini, kegilaanmu, kebebasanmu, dan semuanya yang kau inginkan hanya ada disini bukan?”, ya . .kau benar, benar sekali malahan. Aku memang haus kebebasan, aku butuh itu, sangat butuh.
     “hahahahah. . . .”
     “kenapa, kenapa kau tertawa seperti itu?”
     “kamu bodoh, terlalu polos!”
     “tidak, kau memang imajinasiku, dan aku bangga punya imajinasi segila ini!”
     “sungguh?, kau bangga?”
     “iya . .sangat bangga!”
     Dia tidak melanjutkan pembicaraannya, malah pergi begitu saja. Tanpa pamitpun tidak dia sempatkan. Pergi kemana kau imajinasi yang sangat gila.
     Ternyata si pemateri membangunkan kami, dan aku sempat tidak ingin bangun. Aku ingin melanjutkan kegilaanku bersamanya, Asri.
     Dan itulah awal mengilakan bersama Asri, kini dia muncul lagi, dengan cerita, dengan kemoncongannya yang bising. Ternyata kau tanda bahagia, kau imajinasiku yang abadi. Semoga kau terus muncul dengan cara mu yang unik, dengan mengagetkanku. Aku rindu kamu sekarang, Asri.

Komentar

  1. apa maksud sebenarnya dari catatanmu ini?

    BalasHapus
  2. Jangan-jangan, sosok Asri menjelma pada 1 sosok manusia. Hayo ngaku... awas gila beneran lo Kat :p

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer